
Tidak ada kata menyerah dan menyesal, selama masih ada harapan dan kesempatan semuanya masih bisa diperjuangkan sampai titik darah penghabisan, bahkan bila perlu kita harus sampai mati sekalian. terkenang dengan petuah mudir pertama, almarhum Ust. Mugits [semoga allah mengampuni dosa beliau]
"takut mati jangan hidup, takut hidup, mati sekalian" itulah bunyi dari tulisan yang terpasang di dinding antara matbah dan bina marhamah tempat dimana kami mengambil nasi untuk makan pagi, siang, dan sore.
Saya meyakini bahwa apa yang ditulis oleh almarhum adalah sebuah ketegasan dan keberanian, yang mana ketegasan dan keberanian tersebut harus dimiliki oleh setiap santrinya. sudahkah kita berani melawan pilihan tersebut?? apakah yang kita lakukan saat ini sudah betul-betul memaknai petuah tersebut?? ataukah hanya menjadi bagian dari parasit atau sampah masyarakat.
Posting Komentar